PerihalDaerah – Hujan deras yang mengguyur wilayah Sumenep sejak Selasa pagi hingga sore hari menyebabkan sejumlah kawasan terendam banjir. Tak hanya wilayah pinggiran, kawasan pusat kota pun ikut terdampak, termasuk permukiman warga dan ruas jalan utama seperti Jalan Bumi Sumekar.
Genangan air mengganggu aktivitas warga, terutama para pengguna jalan. Lalu lintas di beberapa titik mengalami gangguan, meski tidak sampai lumpuh total. Kendaraan terpaksa berjalan perlahan akibat genangan dan tumpukan sampah yang berserakan di sepanjang jalan, menciptakan pemandangan yang tidak sedap dipandang mata.
Menurut keterangan warga, banjir mulai masuk ke rumah sejak siang hari. “Air tiba-tiba masuk dari selokan yang meluap. Dalam waktu satu jam, lantai rumah saya sudah digenangi air setinggi betis,” ujar Rudi, warga setempat.
Menanggapi hal ini, Moh. Iskil El Fatih, Koordinator Gen Eco Action, menyatakan bahwa faktor utama banjir adalah sampah yang menyumbat aliran air. “Banjir yang terjadi di Sumenep bukan hanya disebabkan oleh curah hujan tinggi, tetapi juga oleh saluran air yang tersumbat limbah rumah tangga. Jika aliran air tersumbat, maka banjir tak terelakkan, dan limbah yang menggenang bisa mencemari lingkungan,” jelasnya.
Iskil juga menekankan pentingnya kerja sama antara masyarakat dan pemerintah daerah untuk mencegah banjir. “Kesadaran individu sangat penting, tapi harus diimbangi dengan dukungan pemerintah, terutama dalam menyediakan fasilitas pengelolaan sampah dan infrastruktur drainase yang memadai. Kolaborasi kedua pihak sangat diperlukan. Jika salah satu sudah bersikap apatis, maka bencana seperti ini akan terus terjadi,” tambahnya.
Masyarakat berharap adanya langkah konkret, baik dalam jangka pendek seperti pembersihan saluran air, maupun upaya jangka panjang seperti pembangunan sistem drainase modern, edukasi lingkungan, dan penguatan peran komunitas dalam menjaga kebersihan. Banjir seharusnya bisa dicegah, bukan sekadar ditangani setelah terjadi.