PerihalNasional – Setelah mencuatnya dugaan penggunaan gelar akademik palsu oleh Ketua Umum DPP Komite OSIS Nasional Indonesia, Ahmad Wahyu Saputra, kini organisasi itu kembali jadi sorotan tajam. Kali ini, masyarakat dan anggota Gerakan Pramuka di seluruh Indonesia mengecam keras tindakan pencatutan nama dan logo Pramuka dalam sebuah kegiatan bertajuk “Pendidikan Kader Pramuka Bela Negara” yang digelar tanpa izin dari Kwartir Nasional (Kwarnas).
Namun, yang paling mengejutkan bukan hanya pelanggaran tersebut, melainkan respons arogan dan tidak mencerminkan etika pelajar yang ditampilkan oleh akun Instagram resmi Komite OSIS Nasional, @komiteosis_nasional.

Akun tersebut, yang merespons kritik publik di kolom komentar akun @perihalindcom, justru melontarkan kalimat-kalimat yang terkesan melecehkan dan menyerang pribadi, seperti:
“Anjai, keliatan banget likenya berbayar, numpang tenar kah?”
“Yang bikin gambar2 itu siapa?”
“Untung ketum anaknya orang Madura juga.”
“Oh ini anak Uniba.”
“Untuk awakmu anake wong duro lih, arek PMII, sik tak hargai langkahmu.”
Respons yang sangat tidak etis ini langsung memicu kemarahan publik, alih-alih memberikan klarifikasi atas pelanggaran yang dituduhkan.
Aktivis Pramuka, Moh Iskil El Fatih, kembali angkat bicara dengan nada tegas. “Ini sungguh memalukan. Kami minta klarifikasi, malah dibalas dengan komentar tidak beretika yang menghina dan menyerang pribadi. Apa ini gambaran karakter pengkaderan OSIS se-Indonesia? Kalau iya, sungguh miris dunia pendidikan kita,” ujar Iskil dengan nada kecewa.
Yang lebih mengherankan, akun Instagram resmi @komiteosis_nasional mendadak di hapus di duga untuk menghapus jejak hanya beberapa jam setelah komentar-komentar tersebut viral. “Baru saya tinggal 2 jam, saya cek lagi, komentarnya sudah tidak ada. Saya buka akunnya, muncul ‘pengguna tidak ditemukan’. Ini bukti bahwa mereka tidak siap bertanggung jawab. Ini bukan hanya urusan etika, tapi juga harus masuk ranah hukum dan kami siap untuk memproses dan melaporkan hal ini ke pihak berwenang,” tegas Iskil.
Ia juga mendesak Kementerian Pendidikan dan aparat penegak hukum untuk segera bertindak tegas, karena menurutnya, ini bukan lagi soal organisasi siswa biasa. “Kalau dibiarkan, ini akan jadi preseden buruk bagi generasi muda. Jangan sampai institusi pendidikan dikotori oleh orang-orang yang mencari panggung dengan cara memalukan,” tambahnya.
Sejauh ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak Komite OSIS Nasional terkait seluruh kontroversi ini. Namun, dengan akun resmi yang menghilang dan respons yang memperkeruh keadaan, publik kini makin yakin bahwa ada sesuatu yang memang sengaja ditutup-tutupi.
Pendidikan adalah kehormatan, bukan alat pencitraan murahan. Jika lembaga yang mengatasnamakan siswa justru merusak nilai-nilai dasar etika, maka negara harus hadir — segera.