Menu

Mode Gelap
Pengurus PMII Komisariat Uniba Madura Resmi Dilantik, Rektor: Uniba Besar karena PMII Koordinator Rembuk Pemuda Madura Dukung Pemanfaatan Rest Area Suramadu untuk Kampus UTM Ketua Kwarda Jatim Resmi Sandang Gelar Magister UNAIR, GEN Jatim: Kak Arum Sabil Inspirasi Generasi Muda Hari Tani Nasional: Momentum Menghargai Petani, Menguatkan Ekonomi Kerakyatan PAC GP Ansor Manding Gelar Maulid Nabi, Doa Bersama untuk Keselamatan dan Keberkahan Sumenep BEM Uniba Madura Jalin Sinergi dengan Dinas Ketahanan Pangan & Pertanian, Bahas Kesejahteraan Petani

Nasional

Pulau Gag Tiba-Tiba Blur di Google Maps, Isu Tambang Nikel di Raja Ampat Makin Disorot

badge-check


					Pulau Gag Tiba-Tiba Blur di Google Maps, Isu Tambang Nikel di Raja Ampat Makin Disorot Perbesar

PerihalNasional Jagat maya kembali digemparkan dengan temuan mengejutkan: Pulau Gag, salah satu gugusan eksotis di Raja Ampat, tiba-tiba tampak blur di Google Maps. Publik pun mulai bertanya-tanya, ada apa sebenarnya di balik kaburnya citra pulau tersebut?

Dugaan kuat mengarah pada aktivitas pertambangan nikel yang dilakukan oleh PT Gag Nikel Site Office, perusahaan yang telah lama beroperasi di kawasan tersebut. Pulau Gag sendiri terletak di sebelah barat laut Papua Barat, berbatasan langsung dengan Pulau Gebe di Maluku Utara. Keberadaannya yang strategis sekaligus kaya akan sumber daya mineral menjadikannya sasaran empuk eksploitasi.

Namun, kaburnya pulau tersebut di citra Google Maps mengundang banyak spekulasi dan kecaman, terutama dari kalangan pegiat lingkungan. Salah satunya datang dari Moh. Iskil El Fatih, aktivis lingkungan Gen Eco Action asal Kabupaten Sumenep, Madura.

Setelah saya cek langsung, memang benar Pulau Gag di-blur. Anehnya, di peta perangkat iPhone justru terlihat jelas adanya proyek nikel yang berlangsung di sana. Terlihat puluhan bahkan ratusan kendaraan operasional dan aktivitas tambang yang berjalan normal,” ungkapnya.

Iskil menilai, kejadian ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Ia menegaskan bahwa blur-nya pulau bukan sekadar masalah visual peta digital, tapi berpotensi menjadi tanda ada hal besar yang ditutup-tutupi.

Ini bukan sekadar soal pendapatan negara. Kita bicara soal bumi nusantara. Jika eksploitasi ini dibiarkan tanpa pengawasan ketat, bukan tidak mungkin keindahan alam dan kelestariannya akan lenyap. Dan saya rasa, keuntungan ini hanya akan dirasakan segelintir korporat,” tegasnya.

Isu ini juga mendorong berbagai pihak untuk mendesak Aparat Penegak Hukum (APH) agar turun tangan dan memastikan bahwa segala aktivitas tambang berjalan sesuai dengan prinsip keberlanjutan dan keadilan ekologis. Pemerintah pun diharapkan bersikap transparan dalam membuka informasi terkait konsesi tambang yang beroperasi di wilayah konservasi seperti Raja Ampat.

Di tengah kegelisahan publik, muncul harapan bahwa keberagaman hayati, pesona alam, dan hak-hak masyarakat adat tetap dijaga, bukan dikorbankan atas nama pembangunan semu. Pulau Gag bukan sekadar titik di peta, tetapi warisan alam yang seharusnya menjadi kebanggaan, bukan korban.

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Hari Tani Nasional: Momentum Menghargai Petani, Menguatkan Ekonomi Kerakyatan

25 September 2025 - 02:02 WIB

Reformasi Rekrutmen Politik: Menuju Meritokrasi dan Legitimasi Partai Politik dalam Demokrasi Indonesia

6 September 2025 - 12:30 WIB

Di Tengah Luka Agustus–September Hitam, HIMAKUM Suarakan Jalan Kebijaksanaan

3 September 2025 - 15:17 WIB

PC PMII Sumenep: Stop Brutalitas Aparat, Tegakkan Hak Konstitusional Rakyat

29 Agustus 2025 - 08:15 WIB

Bakti Pramuka untuk Negeri: 143 Rumah RTLH di Jawa Timur Dipugar Lewat Perkemahan Wirakarya

25 Juni 2025 - 12:32 WIB

Trending di Nasional