PerihalTeknologi – Sebuah terobosan luar biasa kembali ditorehkan dalam dunia bioteknologi modern. Para ilmuwan berhasil menciptakan kembali spesies serigala purba yang diyakini telah punah sekitar 12.500 tahun silam. Spesies ini dikenal sebagai Aenocyon dirus atau sering disebut dire wolf—hewan legendaris yang selama ini hanya dikenal lewat fosil dan budaya pop.
Keberhasilan ini bukan hasil dari eksperimen biasa. Proyek ini melibatkan rekayasa genetika tingkat tinggi dengan memanfaatkan sampel DNA dari sisa-sisa fosil dire wolf yang telah membeku selama ribuan tahun. Melalui proses pemetaan genetik yang sangat kompleks, tim ilmuwan mengidentifikasi dan mengisolasi gen-gen kunci yang menjadi ciri khas serigala purba ini.

DNA yang berhasil diekstraksi kemudian dikombinasikan dengan DNA serigala abu-abu modern—kerabat terdekatnya yang masih hidup hingga kini. Hasil rekayasa ini menghasilkan embrio hibrida yang kemudian ditanamkan ke rahim anjing domestik sebagai induk pengganti. Prosedur ini memerlukan pengawasan ketat dan teknologi laboratorium yang mutakhir agar embrio dapat berkembang secara alami.
Tiga anak serigala pun akhirnya lahir dengan selamat. Mereka diberi nama Romulus, Remus, dan Khaleesi—nama-nama yang melambangkan kebangkitan dan kekuatan. Meskipun bukan salinan sempurna dari dire wolf yang punah, spesimen ini menunjukkan ciri-ciri fisik yang menyerupai nenek moyangnya: ukuran tubuh besar, struktur tulang kokoh, dan bulu lebat berwarna putih.
Saat ini, ketiganya ditempatkan dalam lingkungan konservasi yang telah dirancang menyerupai habitat alami mereka di masa lalu. Di lokasi ini, para ilmuwan mengamati perkembangan perilaku, pertumbuhan fisik, serta potensi interaksi genetik lanjutan. Studi ini diharapkan mampu memberikan informasi penting bagi dunia konservasi, terutama dalam menghadapi tantangan kepunahan spesies akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia.
Namun di balik euforia ilmiah ini, muncul perdebatan etis yang tak bisa diabaikan. Beberapa pakar memperingatkan bahwa upaya membangkitkan spesies yang telah punah membawa risiko ekologis, seperti gangguan pada rantai makanan dan ekosistem yang telah beradaptasi dengan ketiadaan spesies tersebut. Selain itu, pertanyaan moral mengenai “hak hidup” makhluk hasil rekayasa genetik juga menjadi topik yang belum tuntas.
Meski begitu, pencapaian ini menandai awal dari era baru dalam dunia sains. Kemungkinan untuk menghidupkan kembali spesies punah lainnya seperti mammoth berbulu, harimau Tasmania, atau bahkan burung dodo kini bukan lagi angan-angan. Apa yang sebelumnya hanya ada dalam fiksi ilmiah kini perlahan menjadi kenyataan.
Kebangkitan dire wolf bukan sekadar prestasi laboratorium. Ia adalah simbol dari kemampuan manusia untuk menembus batas waktu dan menulis ulang sejarah kehidupan. Dunia kini menyaksikan bagaimana sains tidak hanya menjaga kehidupan—tetapi juga mampu memanggil kembali yang telah hilang