PerihalPendidikan – Gelombang kekecewaan mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM) terhadap kinerja Kepala UPA Bahasa, Prof. Misnadin, S.S., M.A., Ph.D, kini mencapai titik didih. Sorotan tajam datang dari Ahmad Kholiyudani, aktivis mahasiswa vokal asal Sumenep, yang secara lantang menuntut agar sang profesor segera angkat kaki dari jabatannya.
Menurut Kholiyudani, Prof. Misnadin bukan lagi sosok yang layak menakhodai lembaga penting tersebut. Kinerja yang stagnan, janji-janji yang tak ditepati, serta pelayanan yang jauh dari kata layak menjadi sederet alasan kuat yang ia beberkan.

“Sudah terlalu lama mahasiswa dirugikan. Pelayanan buruk, ruang yang sempit dan tidak memadai, anggaran yang tidak transparan, serta sederet masalah lain yang tak kunjung diselesaikan. Ini bukan hanya tentang ketidakmampuan, ini bentuk nyata dari kelalaian,” tegas Kholiyudani.
Ia juga mengungkap hasil audiensi BEM KM UTM 2024 bersama pihak UPA Bahasa yang saat itu disambut dengan janji manis oleh sang kepala unit. Janji-janji itu antara lain:
- Penambahan ruang untuk memperpendek waktu tunggu antara pendaftaran dan tes.
- Perbaikan sistem pelayanan melalui pendaftaran daring dan opsi pembayaran non-tunai.
- Penyediaan fasilitas TOEFL/TOAFL berbasis CBT.
Namun apa daya, janji tinggal janji. Hingga detik ini, tak satu pun dari poin-poin tersebut terealisasi.
“Jabatan itu bukan cuma soal gelar dan titel, tapi kemampuan menyelesaikan masalah. Dan sayangnya, beliau gagal di sana,” lanjut Kholiyudani dengan nada getir.
Dengan penuh keyakinan, ia menegaskan bahwa sudah saatnya Prof. Misnadin menanggalkan jabatannya demi menjaga integritas lembaga dan kepentingan mahasiswa. Desakan ini bukan hanya suara individu, tapi gema dari keresahan kolektif mahasiswa UTM yang muak dengan kebuntuan.